Jatuhnya Konstantinopel, Kota Dengan Pertahanan Terbaik



Benteng Konstantinopel, Wikipedia
Benteng Konstantinopel, Wikipedia


Kalian tau Konstantinopel ?
Kota Romawi ? 
Iya, untuk lebih jelasnya, Konstantinopel adalah ibukota kekaisaran Romawi Timur.
Kota ini dikenal dengan kota dengan pertahanan terbaik pada zamannya.Bagaimana tidak, kota ini sudah diserang berkali-kali namun masih tetap bertahan. Kota ini dikelilingi benteng dengan tembok yang kokoh dengan tinggi 12 meter, perairan yang dalam dan rantai yang kuat dan besar, menjadi penyebab kota ini bagaikan tidak tertembus.

Namun, setelah selama kurang lebih 1500 tahun bertahan, kota ini akhirnya jatuh ke tangan Sultan Mehmed II atau Sultan Muhammad Al-Fatih.
Siapa itu Mehmed II ?
Sultan Mehmed II, Wikipedia
Sultan Mehmed II, Wikipedia

 Dia adalah sultan ke-7 dari Dinasti Turki Utsmani. Dia adalah anak dari Sultan Turki Utsmani sebelumnya, Murad II dan juga cucu dari Sultan Mehmed I. Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil memimpin penaklukan Konstantinopel ketika usianya baru berumur 21 tahun.

Semenjak kecil, Muhammad Al-Fatih telah mengamati usaha ayahnya untuk menaklukan Konstantinopel. Bahkan, dia mengkaji usaha-usaha yang pernah dilakukan dinasti kerajaan Islam sebelumnya, sehingga timbul keinginan kuat dalam dirinya untuk meneruskan perjuangan itu. Pada saat Al-Fatih naik tahta pada tahun 1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk merebut kota tersebut.

Langkah pertama, yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih adalah membangun benteng Rumeli Hisari di dekat Selat Bosporus. Tujuannya adalah untuk mencegah bantuan dari Genoa untuk mencapai kota Konstantinopel. Lalu, pada Oktober 1452 M, Sultan Muhammad Al-Fatih mengirim pasukan yang dipimpin oleh Turakhan Beg ke Peloponesia untuk mencegah Thomas Palaiologos dan  Demetrios untuk membantu saudaranya, Konstantinus XI di Konstantinopel.Setelah itu, Sultan Al-Fatih memerintahkan untuk membangun meriam-meriam besar di ibukota Adrianopel, dibawah pengarahan dua insinyur, salah satunya seorang Muslim dan satunya lagi berasal dari Hongaria bernama Orban (Dia yang menawarkan meriam ini ke Sultan Muhammad Al-Fatih, karena sebelumnya ditolak oleh negara-negara Eropa). Meriam-meriam ini memiliki berat 300 kg dan jangkauan tembaknya mencapai satu mil. Salah satu meriam terbesar dan terberat yang pernah dirakit.


Meriam yang digunakan saat penaklukan Konstantinopel
Meriam yang digunakan Turki Utsmani untuk menyerang Konstantinopel, Wikipedia

Melihat ancaman dari Dinasti Turki Utsmani semakin dekat, Kaisar Konstantinus XI meminta
bantuan ke Eropa Barat. Hasilnya, datanglah beberapa bala bantuan dari Genoa (dibawah pimpinan Giovani Giustiniani) dan Venesia. (Bala bantuan dari Venesia terlambat datang, sehingga tidak ikut pertempuran). Kaisar Konstantinus XI juga memerintahkan untuk meletakkan rantai besar di mulut pelabuhan di selat Tanduk Emas, untuk mencegah armada laut Dinasti Utsmani masuk dan juga dia memerintahkan untuk meletakkan menara pengawas di bagian utara.

Letak Kekaisaran Romawi Timur (warna pink), Wikipedia

Tercatat dalam sejarah, Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di Konstantinopel pada 6 April 1453 M
dengan membawa pasukan yang kira-kira berjumlah 80 ribu orang. Sebelum memulai pengepungan, Sultan Muhammad Al-Fatih berkhutbah/berpidato di hadapan pasukannya.

Pengepungan dimulai pada 9 April 1453 M, terpusat di darat. Serangan juga dimulai dari laut, namun terhambat oleh rantai-rantai besar yang telah diletakkan pasukan Romawi. Sultan Muhammad Al-Fatih pun memerintahkan untuk mengirim kapal lewat darat dengan menggunakan kayu yang dilapisi minyak. Hasilnya kapal-kapal tersebut berhasil melewati rantai-rantai besar tadi. Selama pengepungan, benteng Konstantinopel dihujani bom meriam dan tentara Romawi yang menjaga benteng kaget, karena belum pernah melihat senjata itu. Perlahan namun pasti, hujan bola meriam yang dilancarkan pasukan Turki Utsmani dapat meruntuhkan tembok benteng Konstantinopel.

Pengepungan berlangsung selama 8 pekan, sampai pada tanggal 29 Mei 1453 M, pasukan Turki Utsmani melancarkan serangan besar-besaran. Pasukan Turki Utsmani mulai merangsek masuk ke dinding Blachernai di barat laut kota yang telah rusak akibat tembakan meriam. Mereka berhasil masuk ke kota namun dihalau pasukan Romawi. Selama pertempuran, jenderal pasukan Genoa, Giovanni Giustiniani terluka parah dan akhirnya meninggal dunia. Akibatnya, pasukan Genoa mundur dan pasukan Romawi dibawah pimpinan Kaisar Konstantinus XI harus berjuang sendirian, mereka terus bertempur namun mereka tidak mampu menahan gelombang pasukan Turki Utsmani. Ketika bendera Turki Utsmani berkibar di atas sebuah gerbang kecil, Kerkoporta, kepanikan merebak dan pertahanan runtuh. Pasukan Romawi berlarian menuju rumah-rumah mereka, pasukan Venesia yang terlambat datang berlarian ke kapal mereka. Bahkan, sampai ada yang melompat ke laut atau menyerah.

Dikisahkan bahwa Kaisar Konstantinus XI memimpin pasukan terakhirnya untuk melawan pasukan Turki Utsmani, namun dia meninggal di tengah pertempuran. Di versi lain, Nicolo Barbaro, saksi mata dari pasukan Venesia menulis di dalam buku hariannya bahwa Kaisar Konstantinus XI gantung diri ketika pasukan Turki Utsmani menembus gerbang San Romano.

Ilustrasi jatuhnya Konstantinopel, Google Images


Dan akhirnya, pasukan Turki Utsmani berhasil mengibarkan bendera Utsmani di tanah Konstantinopel dan penaklukan ini menandakan berakhirnya Imperium Romawi Timur.

Ilustrasi modern pasukan Turki Utsmani, Wikipedia



Sejak menaklukan Konstantinopel, Sultan Muhammad Al Fatih mengubah nama Konstantinopel menjadi Islam Bul dan menjadikan kota ini sebagai ibukota kesultanan Turki Utsmani. Gereja Hagia Sophia juga dirubah menjadi masjid, kendati tetap menjadi gereja (Dengan kata lain, gereja Hagia Sophia pada waktu itu adalah masjid sekaligus gereja)

Hagia Sophia, Wikipedia


"Lalu bagaimana dengan nasib para  warga penganut kristen?"
Mereka tetap dizinkan tinggal, bahkan diberi kebebasan untuk tetap dalam agamanya atau masuk Islam.
Itulah cerita runtuhnya kota Konstantinopel
Semoga bermanfaat


Referensi :
Wikipedia
Tirto.id

Komentar